PENARI: Imunisasi Selamatkan Jutaan Nyawa Anak Indonesia
Sukseskan PENARI, Pemerintah dan Mitra Swasta Dorong Kesadaran Pentingnya Imunisasi untuk Lindungi Masyarakat dari Penyakit Berbahaya
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), cakupan imunisasi global pada tahun 2024 menunjukkan kemajuan, namun masih di bawah target WHO sebesar 90% untuk semua vaksin prioritas. Meskipun beberapa vaksin seperti hepatitis B, campak, dan polio telah melebihi cakupan 80%, banyak vaksin lainnya – termasuk Haemophilus influenzae tipe b (Hib), pneumokokus, rotavirus, rubella, Human Papillomavirus (HPV), demam kuning, dan vaksin baru seperti malaria – masih belum mencapai target.1
Data WHO tahun 2023 mencatat bahwa 14,5 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi (zero dose), dengan Indonesia menempati posisi keenam tertinggi, yaitu sebanyak 1.356.367 anak tidak menerima imunisasi dasar pada periode 2019 dan 2023.2
Jakarta, 15 Oktober 2025 – Setiap tahunnya, imunisasi membantu mencegah antara 3,5 juta hingga 5 juta kematian global akibat penyakit-penyakit berbahaya seperti difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), influenza, dan campak.2 Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi di bidang kesehatan, imunisasi telah menjadi salah satu intervensi paling berhasil dalam sejarah kesehatan masyarakat.3 Sejak 1974, program imunisasi global telah menyelamatkan sekitar 154 juta jiwa dari berbagai penyakit menular melalui upaya imunisasi rutin dan kampanye imunisasi massal.4,5
Sebagai bagian dari upaya memperkuat kesadaran publik terhadap pentingnya imunisasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines, menyelenggarakan kegiatan Edukasi Media bertajuk “Sukseskan Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI): Selamatkan Nyawa dari Penyakit Berbahaya”, hari ini, Rabu (15/10) di Jakarta.
dr. Prima Yosephine, M.K.M., Direktur Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI, menegaskan bahwa imunisasi memiliki peran sentral dalam upaya Indonesia memberantas penyakit mematikan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). “Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mencatat berbagai capaian penting dalam bidang imunisasi. Melalui pelaksanaan program imunisasi rutin nasional, kita berhasil menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit seperti difteri, tetanus, campak, rubella, hepatitis B, dan polio. Indonesia bahkan telah bebas polio sejak 2014 dan berhasil menurunkan lebih dari 90% kasus campak dalam dua dekade terakhir berkat perluasan cakupan imunisasi di seluruh daerah,” ujar dr. Prima. Ia menambahkan, “Untuk menjaga capaian tersebut, sekaligus memastikan tidak ada anak yang tertinggal, Kementerian Kesehatan melaksanakan Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) sebagai upaya percepatan dan penjangkauan anak-anak yang belum pernah diimunisasi atau belum lengkap imunisasinya. Melalui PENARI, kami mendorong keluarga untuk memeriksa status imunisasi anak dan melengkapinya sesuai jadwal. Imunisasi memberikan perlindungan tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat luas melalui terbentuknya kekebalan kelompok. Kami mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan lebih terbuka terhadap inovasi kesehatan. Bagi para orang tua, tidak ada kata terlambat untuk imunisasi – pastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal agar mereka terlindungi sejak dini.”
Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menegaskan bahwa imunisasi berperan penting dalam menyelamatkan nyawa dan membantu tubuh membentuk kekebalan terhadap berbagai penyakit. “Imunisasi merupakan langkah pencegahan yang sangat efektif. Melalui imunisasi, tubuh kita dilatih untuk mengenali, membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit dengan lebih cepat. Bagi anak, imunisasi menjadi hal yang sangat penting karena sistem kekebalan mereka masih berkembang. Dengan imunisasi rutin lengkap, anak akan memiliki perlindungan lebih baik terhadap penyakit seperti campak, difteri, pertusis, polio, radang paru (pneumonia), diare dan lain sebagainya,” jelas Prof. Hartono. Ia juga meluruskan sejumlah miskonsepsi yang masih beredar di masyarakat. “Ada yang beranggapan imunisasi mengandung bahan berbahaya, padahal vaksin dibuat sesuai dengan persyaratan yang ketat. Ada pula yang ragu tentang imunisasi karena kadang menimbulkan demam. Padahal demam setelah imunisasi itu pada umumnya ringan dan sementara. Manfaat dalam pencegahan penyakit yang berbahaya dan menurunkan risiko sakit berat, kecacatan bahkan kematian jauh lebih besar, daripada risiko terjadinya efek samping yang ringan dan sementara. Imunisasi tidak memberikan perlindungan 100 persen, tetapi membantu mengurangi risiko keparahan bila terinfeksi,” tegasnya.
Imunisasi juga berperan dalam mengurangi risiko terjadi stunting pada anak, meningkatkan perkembangan anak. Karena anak yang lengkap imunisasinya memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak atau tidak lengkap imunisasinya.6
“Semua vaksin yang digunakan di Indonesia telah melalui proses uji klinis dan penilaian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan mutu, efikasi, dan profil keamanannya. Dengan informasi yang benar, masyarakat diharapkan makin memahami dan percaya tentang pentingnya imunisasi dan aktif berpartisipasi dalam program imunisasi untuk mewujudkan anak-anak yang sehat dengan tumbuh kembang optimal,” jelas Prof. Hartono.
Sebagai mitra dalam kegiatan ini, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyatakan, “Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan paling berdampak dalam sejarah. Upaya ini telah menyelamatkan jutaan jiwa dan menjadi fondasi bagi masyarakat yang lebih sehat dan tangguh. Kami mengapresiasi kepemimpinan Kementerian Kesehatan dalam memastikan imunisasi tetap menjadi prioritas nasional dan terus memperluas akses bagi masyarakat di seluruh Indonesia.” Menurutnya, kemajuan dalam bidang kesehatan tidak dapat dicapai sendiri. “Diperlukan kolaborasi lintas sektor, antara pemerintah, tenaga kesehatan, media, dan sektor swasta, untuk memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit melalui imunisasi. Di Takeda, kami percaya bahwa kemitraan dan edukasi adalah kunci untuk mencapai hasil kesehatan yang berkelanjutan. Sebagai mitra jangka panjang di Indonesia, Takeda berkomitmen untuk terus mendukung peningkatan kesehatan masyarakat melalui inovasi, edukasi, dan kolaborasi. Kami juga berupaya memastikan agar solusi kesehatan inovatif yang kami kembangkan dapat diakses secara luas oleh masyarakat Indonesia,” tutup Andreas.
PENARI (Sepekan Mengejar Imunisasi) adalah inisiatif Kementerian Kesehatan yang diselenggarakan di seluruh wilayah di Indonesia untuk “mengejar” anak-anak yang belum menerima imunisasi sesuai jadwal. Kegiatan ini juga mendorong partisipasi media dan mitra strategis dalam edukasi publik agar pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi meningkat.
Tentang Takeda
Takeda Pharmaceutical Company Limited adalah perusahaan biofarmasi terkemuka berbasis-nilai, penelitian dan pengembangan (R&D), dari Jepang, yang berkomitmen untuk menemukan dan menghadirkan perawatan terkini, yang sejalan dengan komitmen kami kepada para pasien (Patients), orang-orang Takeda (People), dan juga bumi (Planet) ini. Takeda berfokus kepada upaya R&D di berbagai area terapetik, termasuk: Oncology, Rare Diseases, Inflammatory Bowel Disease dan Haemophilia. Kami juga menginvestasikan R&D dalam pengembangan vaksin. Kami berfokus untuk mengembangkan obat-obatan inovatif yang berkontribusi untuk memberikan perbedaan dalam perawatan dan kualitas hidup pasien dengan riset terhadap pilihan perawatan dan menggunakan kemampuan dan keahlian R&D kami untuk menciptakan lini perawatan (pipeline) yang luas. Takeda berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan bekerjasama dengan para mitra kami di layanan kesehatan di 80 negara di dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.takeda.com.
Di Indonesia, Takeda telah berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan Indonesia selama lebih dari 50 tahun sejak 1971, dengan cakupan keahlian meliputi onkologi, gastroenterologi, penyakit langka, vaksin, dan perawatan kesehatan konsumen (CHC). Kami berkomitmen untuk memperluas akses terhadap produk dan perawatan inovatif kami kepada lebih banyak pasien di Indonesia, membina kemitraan yang berkelanjutan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong hasil yang lebih baik bagi pasien dan meningkatkan sistem kesehatan dalam jangka panjang. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://www.takeda.com/id-id/.
Pemberitahuan Penting
Untuk tujuan pemberitahuan ini, “siaran pers” berarti dokumen ini, setiap presentasi lisan, setiap sesi tanya jawab, dan setiap materi tertulis atau lisan yang dibahas atau didistribusikan oleh Takeda Pharmaceutical Company Limited (“Takeda”) terkait rilis ini.
Siaran pers ini (termasuk setiap pengarahan lisan dan setiap pertanyaan-dan-jawaban sehubungan dengan itu) bukan merupakan promosi komersial atau kampanye untuk mempromosikan TAK-003 dan tidak dimaksudkan untuk, dan bukan merupakan, mewakili atau membentuk bagian dari setiap penawaran, undangan atau ajakan dari setiap penawaran untuk membeli, atau memperoleh, berlangganan, menukar, menjual atau dengan cara lain melepaskan, produk atau sekuritas apa pun atau permintaan suara atau persetujuan apa pun di yurisdiksi mana pun. Tidak ada saham atau sekuritas lain yang ditawarkan kepada publik melalui siaran pers ini. Penawaran sekuritas tidak boleh dilakukan di Amerika Serikat kecuali sesuai dengan pendaftaran berdasarkan Undang-Undang Sekuritas AS tahun 1933, sebagaimana diubah, atau pengecualian darinya. Siaran pers ini diberikan (bersama-sama dengan informasi lebih lanjut yang dapat diberikan kepada penerima) dengan syarat bahwa itu hanya digunakan oleh penerima untuk tujuan informasi (dan bukan untuk evaluasi investasi, akuisisi, pelepasan atau transaksi lainnya). Kegagalan untuk mematuhi pembatasan ini dapat merupakan pelanggaran terhadap undang-undang sekuritas yang berlaku.
Perusahaan di mana Takeda secara langsung dan tidak langsung memiliki investasi adalah entitas yang terpisah. Dalam siaran pers ini, "Takeda" kadang-kadang digunakan untuk kenyamanan di mana referensi dibuat untuk Takeda dan anak perusahaannya secara umum. Demikian juga, kata “kami”, “kami” dan “milik kami” juga digunakan untuk merujuk pada anak perusahaan secara umum atau mereka yang bekerja untuk mereka. Ungkapan-ungkapan ini juga digunakan di mana tidak ada tujuan yang berguna dengan mengidentifikasi perusahaan atau perusahaan tertentu.
Forward-Looking Statements
Siaran pers ini dan materi apa pun yang didistribusikan sehubungan dengan siaran pers ini dapat berisi pernyataan, keyakinan, atau opini mengenai bisnis Takeda di masa depan, posisi Takeda di masa depan, dan hasil operasi bisnis, termasuk perkiraan, prakiraan, target, dan rencana Takeda. Tanpa batasan, pernyataan berorientasi ke depan sering kali menyertakan kata-kata seperti “target”, “rencana”, “percaya”, “berharap”, “berlanjut”, “mengharapkan”, “bertujuan”, “berniat”, “memastikan”, “akan”, “mungkin”, “seharusnya”, “bisa” “mengantisipasi”, “memperkirakan”, “memproyeksikan” atau ekspresi serupa ataupun bentuk negatifnya. Pernyataan berorientasi ke depan ini didasarkan pada asumsi tentang banyak faktor penting, termasuk berikut ini, yang dapat menyebabkan hasil aktual berbeda secara material dari yang diungkapkan atau tersirat oleh pernyataan berwawasan ke depan: keadaan ekonomi seputar bisnis global Takeda, termasuk kondisi ekonomi umum di Jepang dan Amerika Serikat; tekanan dan perkembangan persaingan; perubahan hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk reformasi perawatan kesehatan global; tantangan yang melekat dalam pengembangan produk baru, termasuk ketidakpastian keberhasilan klinis dan keputusan otoritas pengatur dan waktunya; ketidakpastian keberhasilan komersial untuk produk baru dan yang sudah ada; kesulitan atau penundaan manufaktur; fluktuasi suku bunga dan nilai tukar mata uang; klaim atau kekhawatiran mengenai keamanan atau kemanjuran produk yang dipasarkan atau calon produk; dampak krisis kesehatan, seperti pandemi virus corona baru, pada Takeda dan pelanggan serta pemasoknya, termasuk pemerintah asing di negara tempat Takeda beroperasi, atau pada aspek lain dari bisnisnya; waktu dan dampak dari upaya integrasi pasca-merger dengan perusahaan yang diakuisisi; kemampuan untuk mendivestasikan aset yang bukan merupakan inti dari operasi Takeda dan waktu divestasi tersebut; dan faktor lain yang diidentifikasi dalam Laporan Tahunan terbaru Takeda pada Formulir 20-F dan laporan Takeda lainnya yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, tersedia di situs web Takeda di: https://www.takeda.com/investors/sec-filings/ atau di www.sec.gov. Takeda tidak berkewajiban untuk memperbarui pernyataan berorientasi ke depan yang terkandung dalam siaran pers ini atau pernyataan berorientasi ke depan lainnya yang mungkin dibuat, kecuali sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang atau peraturan bursa. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator hasil di masa mendatang dan hasil atau pernyataan Takeda dalam siaran pers ini mungkin bukan indikasi, dan bukan merupakan perkiraan, prakiraan, jaminan, atau proyeksi hasil Takeda di masa mendatang.
Informasi Medis
Siaran pers ini berisi informasi tentang produk yang mungkin tidak tersedia di semua negara, atau mungkin tersedia di bawah merek dagang yang berbeda, untuk indikasi yang berbeda, dalam dosis yang berbeda, atau dalam kekuatan yang berbeda. Tidak ada yang terkandung di sini yang dapat dianggap sebagai ajakan, promosi, atau iklan untuk obat resep apa pun termasuk yang sedang dikembangkan.
Referensi
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/immunization-coverage diakses pada 2 Oktober 2025.
- https://www.who.int/health-topics/vaccines-and-immunization#tab=tab_1 diakses pada 10 Oktober 2025.
- https://www.who.int/news-room/facts-in-pictures/detail/immunization diakses pada 10 Oktober 2025.
- https://www.who.int/news/item/24-04-2024-global-immunization-efforts-have-saved-at-least-154-million-lives-over-the-past-50-years diakses pada 10 Oktober 2025.
- https://www.gavi.org/vaccineswork/new-data-shows-vaccines-have-saved-154-million-lives-past-50-years diakses pada 10 Oktober 2025.
- https://jpmph.org/upload/pdf/jpmph-24-230.pdf diakses pada 14 Oktober 2025.
C-ANPROM/ID/QDE/1014 | Oktober 2025