Deteksi Dini Multiple Myeloma di Indonesia
Bulan Kesadaran Kanker Darah 2025: Deteksi Dini Multiple Myeloma Jadi Kunci Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien
- Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang paling umum kedua di dunia, dengan 176.404 kasus baru dilaporkan setiap tahunnya.1
- Hingga saat ini, jumlah pasien Multiple Myeloma di Indonesia belum tercatat dengan pasti. Menurut Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2020, pada rentan waktu tahun 2005-2015, terdapat 356 kasus yang dilaporakan oleh Registrasi Kanker Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD). Angka kunjungan pasien multiple myeloma baru juga mengalami peningkatan, dari 10 pasien pada tahun 2005 menjadi sekitar diatas 20 pasien pada tahun 2015.2
Jakarta, 10 September 2025 – Selama beberapa tahun terakhir, Ibu Santyna berpikir bahwa kelelahan yang terus-menerus dan nyeri berulang yang ia alami hanyalah bagian dari proses penuaan. Baru setelah kolaps dan mencari bantuan medis, ia mengetahui penyebab sebenarnya: Multiple Myeloma, suatu bentuk kanker darah yang seringkali tidak terdeteksi hingga sudah terlambat.
Pada bulan September ini, dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Darah, Takeda bekerja sama dengan organisasi pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI), serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melangsungkan edukasi media bertajuk “Sadari, Pahami & Berdamai dengan Multiple Myeloma” untuk menyoroti bahaya terlambat deteksi dan kebutuhan mendesak akan peningkatan kesadaran. Dengan lebih dari 3.000 kasus baru Multiple Myeloma yang didiagnosis setiap tahun di Indonesia,3 banyak pasien baru mengetahui kondisi mereka yang sebenarnya pada saat kerusakan organ telah terjadi, di mana hal ini menurunkan pilihan tatalaksana yang dapat mereka terima, serta kualitas hidup mereka secara drastis.4
Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri. Pada kondisi ini, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel mieloma yang tidak lagi berfungsi normal. Sel mieloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat. Pertumbuhan sel mieloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut “multiple” myeloma. Penyakit ini juga dikenal dengan nama lain plasma cell myeloma.5
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan berbagai jenis kanker termasuk Multiple Myeloma masih menjadi beban Kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2022, Multiple Myeloma menempati peringkat ke‑19 dari semua jenis kanker di Indonesia, dengan estimasi sekitar 3.289 kasus baru per tahun, atau sekitar 0,8% dari seluruh insiden kanker nasional. Terbatasnya pilihan pengobatan termasuk obat obatan merupakan tantangan yang besar untuk angka kesintasan penderita kanker. Makin dini kita mendeteksi stadium awal kanker makin baik angka kesintasan (survival) kita terhadap penyakit ini. Bukan hanya itu saja secara pembiayaan akan relative menjadi lebih murah dibandingkan pengobatan kanker pada stadium lanjut.
“Meski terdengar kecil secara persentase, angka tersebut mencerminkan bahwa ribuan keluarga dihadapkan pada tantangan hidup yang berat setiap tahun, karena dampak dari penyakit kanker bukan saja beban ekonomi, tetapi beban psikologi dan sosial yang harus dihadapi pasien serta keluarganya,” ujarnya.
Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan enam strategi pencegahan dan pengendalian kanker, yaitu: promotif dan preventif; skrining dan deteksi dini; peningkatan akses diagnostik, tata laksana kanker dan pelayanan paliatif; penguatan registri dan penelitian kanker; kemitraan dengan pemangku kepentingan; serta tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker. Ia menekankan bahwa keterlibatan pihak-pihak terkait menjadi penting dalam memperluas kerja nyata di lapangan. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, oleh karena itu pemerintah terus mendorong upaya kolaborasi lintas sektor, seperti dengan para pihak swasta dan organisasi pasien/masyarakat, agar edukasi serta penanganan kanker, termasuk Multiple Myeloma, bisa dipahami, berkelanjutan dan menjangkau masyarakat lebih luas,” tuturnya.
Prof. DR. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, menjelaskan bahwa Multiple Myeloma tetap menjadi ancaman serius karena pada banyak kasus baru terdiagnosis setelah stadium lanjut, ketika kerusakan organ sudah terjadi. “Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Multiple Myeloma, seperti usia lanjut, riwayat keluarga, jenis kelamin laki-laki, paparan radiasi atau bahan kimia tertentu, berat badan berlebih, serta riwayat kelainan sel plasma. Penyakit ini menyerang area tubuh di mana sumsum tulang aktif—seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, tulang rusuk, dan sekitar bahu serta pinggul—dan dapat menyebabkan kerusakan tulang yang berujung pada patah tulang maupun kadar kalsium tinggi dalam darah. Selain itu, produksi sel darah juga terganggu sehingga pasien sering mengalami anemia, infeksi berulang, atau perdarahan. Tidak jarang, komplikasi serius juga muncul pada ginjal, disertai melemahnya sistem imun yang membuat pasien semakin rentan terhadap berbagai infeksi. Sayangnya, gejala Multiple Myeloma sering tidak dikenali sejak awal karena terlalu umum. Salah satu yang menjadi tantangan terbesar untuk hal ini adalah masih rendahnya literasi dan pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap Multiple Myeloma. Sementara, deteksi dini sangat penting untuk keberhasilan terapi. Oleh karena itu, peran edukasi dan penyebaran informasi melalui media sangat penting agar masyarakat lebih waspada.”
Prof. Ikhwan menambahkan, “Saat ini tersedia berbagai pilihan terapi untuk pasien Multiple Myeloma di Indonesia yang dapat diberikan, baik secara oral maupun infus. Mulai dari kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, sampai dengan terapi inovatif seperti terapi target, contohnya adalah proteasome inhibitor. Seiring berkembangnya terapi, semakin besar peluang pasien untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, penting sekali bagi pasien untuk segera bertindak. Kalau seseorang sudah mulai merasakan gejala yang mencurigakan, jangan menunda untuk memeriksakan diri. Semakin cepat Multiple Myeloma didiagnosis, semakin cepat dapat ditatalaksana, dan semakin tepat pengobatan bisa diberikan.”
Andreas Gutknecht, General Manager Takeda, menekankan bahwa inovasi dalam pengobatan harus berjalan beriringan dengan edukasi publik yang berkelanjutan. “Di Takeda, kami percaya bahwa inovasi hanya akan bermakna bila benar-benar sampai ke tangan pasien, dan itu dimulai dengan meningkatkan pemahaman masyarakat. Edukasi yang berkelanjutan tentang penyakit seperti Multiple Myeloma sangat penting agar masyarakat dapat lebih waspada, mengenali gejala sejak dini, dan segera mencari pertolongan medis. Perjalanan pasien kanker darah ini sering kali panjang dan penuh tantangan, dan mereka tidak seharusnya menghadapinya sendirian. Melalui kolaborasi dengan pemerintah, tenaga medis, organisasi pasien, serta dukungan rekan-rekan media, kami ingin memastikan bahwa pasien Multiple Myeloma di Indonesia memiliki akses lebih luas terhadap pengobatan inovatif sekaligus dukungan untuk menjaga kualitas hidup mereka. Inisiatif edukasi media ini mencerminkan langkah nyata kami dalam memperluas pemahaman publik dan memperkuat ekosistem kesehatan di Indonesia. Kami berharap, melalui edukasi ini masyarakat semakin waspada, lebih mengenali gejala Multiple Myeloma, dan tidak ragu memeriksakan diri lebih awal.”
dr. Abraham Michael, Sp.KN-TM, Pg.Dipl (HM), FISQua, FIHFAA, Ketua Organisasi Pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI), menggarisbawahi peran organisasi pasien dalam menemani dan mendukung pasien menjalani perjalanan penyakitnya. “Kami melihat langsung bagaimana Multiple Myeloma memengaruhi kehidupan, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional, sosial, dan finansial, tidak hanya bagi pasien tetapi juga keluarga mereka. Banyak pasien datang dalam kondisi yang sudah berat karena terlambat terdiagnosis, sementara informasi tentang penyakit ini masih terbatas di masyarakat. Tantangan lain yang sering kami dengar dari pasien adalah rasa terisolasi dan tidak tahu harus mencari bantuan ke mana. Di sinilah pentingnya advokasi, karena suara pasien dapat memperjuangkan akses yang lebih baik, perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, serta kualitas hidup yang lebih baik. Penyakit ini memang tidak dapat dicegah, tetapi dengan edukasi yang tepat, dukungan komunitas, serta kolaborasi dengan pemerintah, tenaga medis, dan industri, kita dapat menciptakan perubahan nyata. MMI berkomitmen untuk terus menjadi wadah edukasi, berbagi pengalaman, dan memperkuat jejaring dukungan bagi pasien dan keluarganya, sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam perjalanan ini.”
Sekilas cerita seputar perjalanan penyakit Multiple Myeloma disampaikan oleh Ibu Santyna Sanjaya, seorang penyintas yang telah berjuang menghadapi penyakitnya dalam beberapa tahun terakhir. “Awalnya saya tidak menyadari gejala yang saya alami. Keluhan seperti muka pucat dan nyeri yang terus berulang, saya pikir hanya masalah saraf biasa. Namun karena rasa tidak nyaman itu semakin mengganggu sampai sempat membuat saya tidak bisa bergerak. Akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan diri. Kurang lebih empat bulan, baru saat itulah saya didiagnosis Multiple Myeloma. Pada waktu itu, informasi yang saya dapatkan masih terbatas, sehingga saya bahkan harus mencari second opinion ke negeri tetangga untuk lebih memahami kondisi saya. Perjalanan sebagai pasien Multiple Myeloma bukan hanya soal menghadapi penyakit itu sendiri, tetapi juga beban besar yang datang bersamanya, mulai dari biaya, rasa cemas, hingga perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, saya bersyukur semakin banyak dukungan yang hadir, baik dari keluarga, komunitas, maupun organisasi pasien yang membuat kami merasa tidak sendirian. Harapan saya sederhana: agar akses terhadap pengobatan yang lebih baik semakin luas, sehingga lebih banyak pasien bisa menjalani hidup dengan kualitas yang layak dan penuh harapan. Untuk sesama pejuang MM, agar mendapatkan hasil yang optimal, ayo kita ikuti anjuran pengobatan yang diberikan oleh dokter sampai tuntas. Tidak lupa, untuk selalu menvalidasi informasi yang kita terima dari luar.”
Tentang Takeda
Takeda Pharmaceutical Company Limited adalah perusahaan biofarmasi terkemuka berbasis-nilai, penelitian dan pengembangan (R&D), dari Jepang, yang berkomitmen untuk menemukan dan menghadirkan perawatan terkini, yang sejalan dengan komitmen kami kepada para pasien (Patients), orang-orang Takeda (People), dan juga bumi (Planet) ini. Takeda berfokus kepada upaya R&D di berbagai area terapetik, termasuk: Oncology, Rare Diseases, Inflammatory Bowel Disease dan Haemophilia. Kami juga menginvestasikan R&D dalam pengembangan vaksin. Kami berfokus untuk mengembangkan obat-obatan inovatif yang berkontribusi untuk memberikan perbedaan dalam perawatan dan kualitas hidup pasien dengan riset terhadap pilihan perawatan dan menggunakan kemampuan dan keahlian R&D kami untuk menciptakan lini perawatan (pipeline) yang luas. Takeda berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan bekerjasama dengan para mitra kami di layanan kesehatan di 80 negara di dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.takeda.com.
Di Indonesia, Takeda telah berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan Indonesia selama lebih dari 50 tahun sejak 1971, dengan cakupan keahlian meliputi onkologi, gastroenterologi, penyakit langka, vaksin, dan perawatan kesehatan konsumen (CHC). Kami berkomitmen untuk memperluas akses terhadap produk dan perawatan inovatif kami kepada lebih banyak pasien di Indonesia, membina kemitraan yang berkelanjutan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong hasil yang lebih baik bagi pasien dan meningkatkan sistem kesehatan dalam jangka panjang. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://www.takeda.com/id-id/.
Pemberitahuan Penting
Untuk tujuan pemberitahuan ini, “siaran pers” berarti dokumen ini, setiap presentasi lisan, setiap sesi tanya jawab, dan setiap materi tertulis atau lisan yang dibahas atau didistribusikan oleh Takeda Pharmaceutical Company Limited (“Takeda”) terkait rilis ini.
Siaran pers ini (termasuk setiap pengarahan lisan dan setiap pertanyaan-dan-jawaban sehubungan dengan itu) bukan merupakan promosi komersial atau kampanye untuk mempromosikan TAK-003 dan tidak dimaksudkan untuk, dan bukan merupakan, mewakili atau membentuk bagian dari setiap penawaran, undangan atau ajakan dari setiap penawaran untuk membeli, atau memperoleh, berlangganan, menukar, menjual atau dengan cara lain melepaskan, produk atau sekuritas apa pun atau permintaan suara atau persetujuan apa pun di yurisdiksi mana pun. Tidak ada saham atau sekuritas lain yang ditawarkan kepada publik melalui siaran pers ini. Penawaran sekuritas tidak boleh dilakukan di Amerika Serikat kecuali sesuai dengan pendaftaran berdasarkan Undang-Undang Sekuritas AS tahun 1933, sebagaimana diubah, atau pengecualian darinya. Siaran pers ini diberikan (bersama-sama dengan informasi lebih lanjut yang dapat diberikan kepada penerima) dengan syarat bahwa itu hanya digunakan oleh penerima untuk tujuan informasi (dan bukan untuk evaluasi investasi, akuisisi, pelepasan atau transaksi lainnya). Kegagalan untuk mematuhi pembatasan ini dapat merupakan pelanggaran terhadap undang-undang sekuritas yang berlaku.
Perusahaan di mana Takeda secara langsung dan tidak langsung memiliki investasi adalah entitas yang terpisah. Dalam siaran pers ini, "Takeda" kadang-kadang digunakan untuk kenyamanan di mana referensi dibuat untuk Takeda dan anak perusahaannya secara umum. Demikian juga, kata “kami”, “kami” dan “milik kami” juga digunakan untuk merujuk pada anak perusahaan secara umum atau mereka yang bekerja untuk mereka. Ungkapan-ungkapan ini juga digunakan di mana tidak ada tujuan yang berguna dengan mengidentifikasi perusahaan atau perusahaan tertentu.
Forward-Looking Statements
Siaran pers ini dan materi apa pun yang didistribusikan sehubungan dengan siaran pers ini dapat berisi pernyataan, keyakinan, atau opini mengenai bisnis Takeda di masa depan, posisi Takeda di masa depan, dan hasil operasi bisnis, termasuk perkiraan, prakiraan, target, dan rencana Takeda. Tanpa batasan, pernyataan berorientasi ke depan sering kali menyertakan kata-kata seperti “target”, “rencana”, “percaya”, “berharap”, “berlanjut”, “mengharapkan”, “bertujuan”, “berniat”, “memastikan”, “akan”, “mungkin”, “seharusnya”, “bisa” “mengantisipasi”, “memperkirakan”, “memproyeksikan” atau ekspresi serupa ataupun bentuk negatifnya. Pernyataan berorientasi ke depan ini didasarkan pada asumsi tentang banyak faktor penting, termasuk berikut ini, yang dapat menyebabkan hasil aktual berbeda secara material dari yang diungkapkan atau tersirat oleh pernyataan berwawasan ke depan: keadaan ekonomi seputar bisnis global Takeda, termasuk kondisi ekonomi umum di Jepang dan Amerika Serikat; tekanan dan perkembangan persaingan; perubahan hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk reformasi perawatan kesehatan global; tantangan yang melekat dalam pengembangan produk baru, termasuk ketidakpastian keberhasilan klinis dan keputusan otoritas pengatur dan waktunya; ketidakpastian keberhasilan komersial untuk produk baru dan yang sudah ada; kesulitan atau penundaan manufaktur; fluktuasi suku bunga dan nilai tukar mata uang; klaim atau kekhawatiran mengenai keamanan atau kemanjuran produk yang dipasarkan atau calon produk; dampak krisis kesehatan, seperti pandemi virus corona baru, pada Takeda dan pelanggan serta pemasoknya, termasuk pemerintah asing di negara tempat Takeda beroperasi, atau pada aspek lain dari bisnisnya; waktu dan dampak dari upaya integrasi pasca-merger dengan perusahaan yang diakuisisi; kemampuan untuk mendivestasikan aset yang bukan merupakan inti dari operasi Takeda dan waktu divestasi tersebut; dan faktor lain yang diidentifikasi dalam Laporan Tahunan terbaru Takeda pada Formulir 20-F dan laporan Takeda lainnya yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, tersedia di situs web Takeda di: https://www.takeda.com/investors/sec-filings/ atau di www.sec.gov. Takeda tidak berkewajiban untuk memperbarui pernyataan berorientasi ke depan yang terkandung dalam siaran pers ini atau pernyataan berorientasi ke depan lainnya yang mungkin dibuat, kecuali sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang atau peraturan bursa. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator hasil di masa mendatang dan hasil atau pernyataan Takeda dalam siaran pers ini mungkin bukan indikasi, dan bukan merupakan perkiraan, prakiraan, jaminan, atau proyeksi hasil Takeda di masa mendatang.
Informasi Medis
Siaran pers ini berisi informasi tentang produk yang mungkin tidak tersedia di semua negara, atau mungkin tersedia di bawah merek dagang yang berbeda, untuk indikasi yang berbeda, dalam dosis yang berbeda, atau dalam kekuatan yang berbeda. Tidak ada yang terkandung di sini yang dapat dianggap sebagai ajakan, promosi, atau iklan untuk obat resep apa pun termasuk yang sedang dikembangkan.
Referensi
- https://www.myeloma.org/what-is-multiple-myeloma diakses pada 8 September 2025.
- https://scholarhub.ui.ac.id/jpdi/vol7/iss3/6/ diakses pada 8 September 2025.
- https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf diakses pada 4 September 2025.
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC12249263/ diakses pada 4 September 2025.
- https://www.myeloma.org/what-is-multiple-myeloma diakses pada 8 September 2025.
C-ANPROM/ID/NINL/0039 | September 2025